Sejarah terbentuknaya Kelurahan Banaran menurut sesepuh dari Kelurahan Banara. Awal mula kata Banaran berasal dari nama seorang tokoh yang mempunyai nama asli Mbah Abdul Qohar. Beliau adalah salah seorang tokoh pendiri atau dalam bahasa jawa disebut babat alas tanah yang saat ini disebut Banaran. Kata Banaran sendiri diambil dari sifat ke-sholehan Mbah Abdul Qohar sehingga dijuluki “Ki Banar Soleh” yang artinya seseorang yang benar-benar memiliki sifat sholeh. Hingga sampai saat ini yang dikenang dan diambil hanya kata “banar” yang diimbuhi dengan “an” sehingga terbentuklah kata “Banaran” yang memiliki arti sebuah harapan sepaya selalu ditunjukkan jalan kebenaran. Makam dari Mbah Abdul Qohar sendiri sampai saat ini masih dirawat dengan baik di pemakaman yang berda di Kelurahan Banaran.
Mbah Abdul Qohar berasal dari Jawa Tengah dan merupakan salah satu murid dari pangeran diponegoro dari Kedu, Jawa Tengah. Beliau memiliki saudara berjumlah 9 orang yang terdiri dari 8 laki-laki dan 1 perempuan. Dari ke 8 saudara tersebut mereka berkomitmen untuk berpencar dan menyebar ke daerah Jawa Timur untuk mencari daerah yang aman dan mendirikan sebuah tempat ibadah yang disebut “Langgar” yang diambil dari istilah “Sanggar” yaitu tempat ibadah atau pemujaan bagi umat agama hindu. Setiap di bagun Langgar di sebelahnya pasti di tanam pohon sawo yang memiliki arti sebagai simbol bahwa setiap perjuangan bermula dari bersusah payah dahulu seperti buah sawo yang memiliki rasa buah yang sepah apabia masih belum matang, dan akan manis pada saatnya nanti.
menurut mitos yang dipercaya orang kuno di Kelurahan Banaran terdapat 3 kuburan yaitu, kuburan etan, tengah dan kulon memiliki mitos apabila ada yang meniggal warga banaran dan di makamkan di salah satu kuburan, maka 2 kuburanlain akan meminta jatah, sehingga dalam beberapa hari akan terjadi kematian setidaknya 3 orang berturut-turut, namun itu hanyalah mitos wa’allahu a’alam bissowab.
versi kedua dari kata Banaran, dahulu pada zaman kerajaan kediri, di saat permaisuri ratu kediri melewati sebuah daerah yang sekarang disebut banaran, dengan diikuti para dayang yang berpakaian memakai pakaian yang orang jawa menyebutnya “kemben”. dari peristiwa tersebut orang orang yang tinggal didaerah tersebut terkagum-kagum dan mengabadikan nama “kemben” tersebut dengan “mban” atau “mbanaran” yang saat ini dijadikan sebuah nama Banaran
itulah beberapa versi sejarah dari terbentuknya nama Banaran yang didapat informasinya dari para sesepuh Banaran, untuk kebenarannya wa allahu a’lam